ABC NEWS – Sebanyak lebih dari 90 persen warganet di sosial media X dan Youtube khawatir dengan adanya isu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
Hal itu terlihat dari hasi kajian yang belum lama ini dilakukan oleh Institute for Development of Economics and Finance (Indef).
Direktur Pengembangan Big Data Indef Eko Listiyanto di Jakarta, Kamis (6/2), bilang, “Fenomena tersebut menggambarkan keresahan masyarakat yang kesulitan mencari lapangan pekerjaan.”
Dia juga berkata, “Kalau lapangan kerja tidak bisa diisi, daya beli tidak ada.”
Adanya realitas tersebut, lanjut Eko, akan sulit mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi lebih tinggi.
Alasannya, penciptaan lapangan kerja adalah salah satu kunci mendorong perekonomian.
Dia pun komentar, “Pemerintah bisa menciptakan lapangan kerja baik yang distimulasi dari APBN atau iklim investasi yang bisa menciptakan orang-orang yang berusaha berekspansi. Dari sisi keuangan suku bunga yang rendah.”
Eko mencatat, berdasarkan riset Indef, sejak Januari hingga Oktober 2024, PHK massal mencapai 64 ribu pekerja. Angka ini naik bila dibandingkan periode sama tahun 2023 yang mencapai 45 ribu pekerja, dan pada periode sama 2022 mencapai 11 ribu pekerja.
Sekedar informasi, berdasarkan pantauan Indef, sebanyak 94,20 persen masyarakat di sosial media X membicarakan hal negatif terhadap isu PHK massal, sedangkan di Youtube sebanyak 90,44 persen.
(Red)