ABC NEWS – Islam adalah agama yang mempermudah umatnya untuk beribadah. Contohnya kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan.
Meskipun puasa Ramadhan adalah wajib, namun umat Muslim diberikan kemudahan menggantinya jika mereka ternyata mengalami kondisi tertentu.
Misalnya karena usia yang tua, sakit, bepergian jauh, ibu hamil, dan sebagainya. Bagi umat Muslim yang meninggalkan puasa pada bulan Ramadhan diwajibkan untuk mengganti atau qada sesuai dengan jumlah puasa yang ditinggalkan.
Menurut fiqih Islam, qada puasa Ramadhan yang ditinggalkan tidak boleh hingga Ramadhan berikutnya. Lalu, bagaimana jika ternyata orang tersebut benar-benar tidak mampu untuk membayar kewajiban qada tersebut?
Berikut ini penjelasannya.
Melakukan Qada Puasa dan Membayar Fidiah
Jika seseorang menunda qada puasanya hingga masuk Ramadhan berikutnya, maka ia wajib mengganti puasanya serta membayar fidiah sebesar satu mud (kurang lebih tujuh ons bahan makanan pokok seperti beras) untuk setiap hari yang ditinggalkan.
Berdasarkan Kitab Al-Ghurarul Bahiyyah:
وَمَنْ) أَيْ وَكَمَنْ (قَدْ أَمْكَنَهُ) قَضَاءُ مَا فَاتَهُ مِنْ رَمَضَانَ (وَأَخَّرَ الْقَضَاءَ عَنْ كُلِّ سَنَةٍ) إلَى رَمَضَانَ ثَانٍ فَإِنَّهُ يَلْزَمُهُ لِكُلِّ يَوْمٍ مُدٌّ بِمُجَرَّدِ دُخُولِ رَمَضَانَ لِخَبَرِ أَبِي هُرَيْرَةَ: مَنْ أَدْرَكَهُ رَمَضَانُ فَأَفْطَرَ لِمَرَضٍ، ثُمَّ صَحَّ وَلَمْ يَقْضِهِ حَتَّى أَدْرَكَهُ رَمَضَانُ آخَرُ صَامَ الَّذِي أَدْرَكَهُ ثُمَّ يَقْضِي مَا عَلَيْهِ، ثُمَّ يُطْعِمُ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مِسْكِينًا. رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيّ وَالْبَيْهَقِيُّ
Artinya: “Orang yang memungkinkan qada puasa yang ia tinggalkan (tetapi) ia tunda hingga bulan Ramadhan berikutnya, maka dia terkena kewajiban fidiah satu mud tiap satu hari disebabkan sudah masuk bulan Ramadhan (yang kedua) dengan dalil hadits yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah. ‘Barang siapa yang menemui bulan Ramadhan, dan ia tidak berpuasa karena sakit, kemudian ia sembuh dan tidak mengganti (qada) puasanya hingga menemui bulan Ramadhan berikutnya, maka ia harus (tetap) menggantinya dikemudian hari serta memberi makan orang miskin (membayar fidiah) tiap satu hari (satu mud)” (HR Imam Ad-Daruquthni dan Imam Baihaqi).
Tidak Wajib Membayar Fidiah
Kewajiban membayar fidiah hanya berlaku bagi mereka yang sebenarnya memiliki kesempatan untuk mengqada puasa sebelum datangnya Ramadhan berikutnya.
Namun, bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan, seperti seorang sopir (yang terus menerus jadi musafir) atau orang yang sakit menahun hingga Ramadhan berikutnya, maka mereka tidak diwajibkan membayar fidiah.
Kitab Al-Hawi menulis:
وَخَرَجَ بِالْإِمْكَانِ الْمَزِيدِ عَلَى الْحَاوِي مَا إذَا لَمْ يُمْكِنْهُ الْقَضَاءُ بِأَنْ اسْتَمَرَّ مُسَافِرًا، أَوْ مَرِيضًا حَتَّى دَخَلَ رَمَضَانُ فَلَا شَيْءَ عَلَيْهِ بِالتَّأْخِيرِ
Artinya: “Dikecualikan dari orang yang berkesempatan yang ditambahkan dalam redaksi kitab Al-Hawi yakni orang yang tidak berkesempatan mengqadanya sebagaimana orang yang terus-terusan bepergian, orang yang sakit hingga datang bulan Ramadhan (berikutnya), maka mengakhirkannya tidak wajib membayar fidiah” (Al-Anshari, II/234).
Niat Qada Puasa dan NiatFidiah
Jika kita ingin mengganti puasa qada, seseorang wajib berniat di malam hari sebelum berpuasa. Berikut adalah lafal niat qada puasa Ramadhan:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qada’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku berniat untuk mengqada puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT”.
Sedangkan untuk membayar fidiah, berikut adalah lafal niatnya:
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ هٰذِهِ الْفِدْيَةَ عَنْ تَأْخِيْرِ قَضَاءِ صَوْمِ رَمَضَانَ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu an ukhrija hādzihil fidyata ‘an ta’khiri qada’I shaumi Ramadhāna fardhan lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku niat mengeluarkan fidiah ini dari tanggungan keterlambatan mengqada puasa Ramadhan, fardhu karena Allah”.
Mengganti puasa Ramadhan yang terlewat wajib dilakukan. Jika melewati batas waktu tersebut tanpa alasan yang jelas, maka seseorang harus berpuasa sekaligus membayar fidiah.
Namun, jika seseorang benar-benar tidak memiliki kesempatan untuk mengqada puasa karena kondisi tertentu, maka ia tidak wajib membayar fidiah.
(Red)