ABC NEWS – Sejumlah perusahaan asal Cina dituding menguasai 75 persen kapasitas pemurnian nikel Indonesia.
Tudingan tersebut dilontarkan oleh sebuah lembaga di Amerika Serikat (AS), C4ADS, organisasi nirlaba yang kantor pusatnya di Washington.
C4ADS dalam rilis laporannya, dikutip Reuters, Jumat (7/2), menegaskan meningkatnya cengkeraman kuat Cina itu dikhawatirkan bisa mengendalikan rantai pasok nikel.
Lembaga tersebut juga mengungkapkan pula munculnya risiko lingkungan. Laporan itu menulis bahwa kapasitas pemurnian nikel Indonesia mencapai delapan juta metrik ton, yang kemudian didistribusikan kepada 33 perusahaan.
Berdasarkan penulusan C4ADS, tercatat kepemilikan perusahaan dalam industri nikel Indonesia mengalami tumpang tindih. Berdasarkan hasil kesimpulan C4ADS, perusahaan Cina mengendalikan sekitar tiga perempat jumlah perusahaan tersebut pada 2023.
Tulis laporan C4ADS, “Indonesia berniat menggunakan industri nikel untuk pertumbuhan ekonomi. Pengaruh perusahaan Cina yang besar ini dapat membatasi kemampuan Indonesia mengendalikan dan membentuk industri tersebut demi keuntungannya.”
C4ADS lalu menunjuk langsung dua perusahaan Cina, yakni Tsingshan Holding Group dan Jiangsu Delong Nickel Industry Co Ltd. Keduanya dituding C4ADS telah menguasai lebih dari 70 persen kapasitas pemurnian nikel Indonesia pada 2023.
Perlu diketahui, kedua perusahaan Cina itu tercatat sebagai bagian dari investor awal saat Indonesia mulai getol mendorong pengolahan bijih nikel di dalam negeri.
(Red)