ABC – PT Alamtri Resources Indonesia Tbk yang sebelumnya bernama PT Adaro Energy Indonesia Tbk sahamnya terus jeblok alias memerah hingga 22 persen ke level Rp 2.200 per akhir sesi 1 pada perdagangan Kamis (20/2).
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 21,64 juta saham perusahaan berkode emiten ADRO ini telah ditransaksikan, dengan frekuensi 8.111 kali, dan nilai transaksi Rp 47,72 miliar.
Sebelumnya, dua hari berturut-turut yakni pada 18 dan 19 Februati, saham ADRO juga ditutup memerah, yaitu masing-masing -0,88 persen dan -0,44 persen.

Perlu diketahui, dalam sebulan terakhir saham ADRO melemah 6,38 oersen dengan net sell asing Rp 121 miliar.
Jika diakumulasi, selama periode tiga bulan saham ADRO telah ambles 40,38% setelah sebelumnya sempat menyentuh level Rp 4.040 pada 5 November 2024.
Sekedar informasi, saat ini pemegang saham ADRO adalah, PT Adaro Strategic Investments (43,911 persen), Garibaldi ‘Boy’ Thohir (6,18 persen), Edwin Soeryadjaya (3,288 persen), dan Theodore Permadi Rachmat (2,542 persen).

Lalu ada Arini Saraswaty Subianto (0,25 persen), Christian Ariano Rachmat (0,05 persen), Chia Ah Hoo (0,03 persen), Julius Aslan (0,034 persen), dan pemegang saham lainnya (40,26 persen).
ADRO adalah perusahaan yang berfokus pada bisnis pertambangan batu bara metalurgi, pengolahan mineral, jasa pertambangan, dan energi baru terbarukan.
Sejarah berdirinya ADRO dimulai pada 1970, saat perusahaan asal Spanyol, Enadimsa, mengajukan penawaran konsesi batu bara di Blok 8 di Kabupaten Tanjung, Kalimantan Selatan.
Berikutnya, saham ADRO pertama kali diperdagangkan di BEI pada 16 Juli 2008. Selanjutnya, pada Desember 2024, perusahaan berganti nama menjadi PT Alamtri Resources Indonesia Tbk.

Seperti diketahui, ADRO semula dikabarkan telah memegang dana tunai hingga USD 2 miliar. Dana itu diperoleh setelah adanya spin off PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), unit usaha dari ADRO.
Adanya aksi korporasi tersebut, maka ADRO diprediksi bisa memberikan dividen final besar untuk tahun buku 2024.
Berdasarkan analisa dari DBS Research Group, diketahui kinerja ADRO per September 2024 telah melampaui ekspektasi.
Semula diprediksi akan ada perubahan laporan keuangan setelah spin off AADI. DBS juga menulis bahwa setelah adanya transaksi tersebut ADRO akan kehilangan 70 persen dari laba bersihnya.
(Red)