ABC NEWS – Indonesian Basketball League (IBL) hingga kini telah berusia 22 tahun. Pada 2025, ada 14 klub yang berlaga di IBL dengan rata-rata pemain di usia 17 tahun, namun ada juga yang usia lebih dari 50 tahun tapi masih tetap bermain.
Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah di situs resmi IBL, dikutip Selasa (4/3), menjelaskan bahwa sudah saatnya para klub yang berlaga di IBL berpikir landasan bukan hanya sebuah kompetisi tetapi juga mengukur sebuah industri yang memiliki potensi besar ke depan.
Penjelasan Junas, pada 18 Februari lalu pihak IBL telah melakukan sosialisasi kepada seluruh klub peserta mengenai metode yang dirancang.
Setiap klub juga diberikan kesempatan untuk meninjau lebih dalam untuk dapat memberikan informasi kepada IBL jika terdapat variable lainnya untuk dapat diperhitungkan.
Menurut Junas, formulasi perhitungan valuasi IBL ini mempertimbangkan beberapa faktor. Pertama, seberapa besar nilai konversi atas jumlah fanbase yang dimiliki setiap klub.
Semakin tinggi atau besar jumlah fans tersebut tentunya akan juga mempengaruhi nilai variable tersebut. Kedua, ikatan (kontrak) pemain aktif yang dimiliki oleh klub yang dinilai sebagai sebuah aset klub yang penting.
Ketiga, variable antara usia klub dengan perolehan prestasi, seperti memiliki sejarah juara, rekor memasuki babak playoff juga digunakan sebagai variable/parameter seberapa tinggi nilai sebuah klub tersebut.
Keempat, asset tangible yang dapat disertakan sebagai sebuah bagian dari kepemilikan klub tersebut juga dapat diperhitungkan sebagai variable tetap.
Keterangan Junas, keempat hal di atas lalu diformulasikan menjadi sebuah nilai sehingga dapat ditentukan klub dengan nilai valuasi tertinggi hingga terendah untuk suatu periode tertentu.
Komentar Junas, “Valuasi klub IBL kali ini merupakan tahap awal pengukuran dan menilai hasil upaya para klub peserta yang ke depan dapat menjadi sebuah standar dalam melakukan langkah-langkah usaha masing-masing.
Imbuh dia, “Hal ini juga penting bagi klub untuk memahami posisi mereka selain ukuran performa di dalam lapangan pertandingan.”
Junas mengungkapkan, “IBL bukan hanya sekadar kompetisi di lapangan. Di balik layar terdapat ‘persaingan’ usaha yang kompleks dengan berbagai aspek seperti pemasaran, fans. penjualan tiket, merchandise, sponsorship dan hak siar.”.
(Red)