ABC NEWS – Tato atau cacah adalah suatu gambar, simbol, atau tulisan pada permukaan kulit yang dibuat dengan memasukkan zat warna ke dalamnya.
Tato dalam istilah teknis adalah implantasi zat warna mikro. Tato merupakan praktik yang ditemukan hampir di semua tempat dengan fungsi sesuai dengan adat setempat.
Tato dahulu sering dipakai oleh kalangan suku-suku terasing di suatu wilayah di dunia sebagai penandaan wilayah, derajat, pangkat, bahkan menandakan kesehatan seseorang.
Tato digunakan secara luas oleh orang-orang Polinesia,Suku Tamil, Filipina, Kalimantan, Sumatra, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Mesoamerika, Eropa, Jepang, serta Kamboja.
Walaupun pada beberapa kalangan tato dianggap tabu, seni tato tetap menjadi sesuatu yang populer di dunia.
Namun, di era modern saat ini, para peneliti mengingatkan individu yang ingin membuat tato di bagian tubuhnya untuk mempertimbangkan kembali keputusannya.
Sebab, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa menato tubuh berpeluang meningkatkan risiko kanker kulit dan kelenjar getah bening.
Laporan Medical Daily yang baru-baru ini dirilis, dikutip Kamis (6/3), hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tinta tato dapat menembus kulit dan berpindah ke kelenjar getah bening, menimbulkan pertanyaan tentang potensi risiko kesehatannya.
Namun, menentukan apakah tato secara langsung dapat meningkatkan risiko kanker adalah hal yang rumit, mengingat efek paparan tinta mungkin tidak terlihat hingga beberapa dekade kemudian.
Berdasarkan penelitian baru yang hasilnya dipublikasikan di jurnal BMC Public Health, para periset meneliti dampak jangka panjang tato menggunakan data skala besar dari 5.900 lebih saudara kembar di Denmark.
Peneliti Jacob von Bornemann Hjelmborg dalam siaran persnya bilang, “Aspek unik dari pendekatan kami adalah kami dapat membandingkan pasangan kembar yang salah satunya mengidap kanker, tetapi mereka memiliki banyak faktor genetik dan lingkungan yang sama.”
Kata Bornemann, “”Ini memberi kami metode yang lebih kuat untuk menyelidiki apakah tato itu sendiri dapat memengaruhi risiko kanker.”
Di satu sisi, hasil penelitian yang baru menunjukkan insiden kanker kulit dan limfoma yang lebih tinggi pada individu bertato dibandingkan dengan saudara kembar mereka yang tidak bertato.
Temuan menarik lain dari penelitian ini adalah bahwa risiko yang terkait dengan tato tidak sama di semua desain. Individu dengan tato lebih besar, yang ukurannya lebih besar dari telapak tangan, punya risiko kanker yang lebih tinggi.
Selain itu, semakin lama tato berada di tubuh, semakin besar pula risikonya. Semakin banyak tinta yang terkumpul di kelenjar getah bening, yang selanjutnya dapat meningkatkan kemungkinan kanker kulit dan kelenjar getah bening.
Henrik Frederiksen, salah satu penulis hasil studi, ikut berkomentar, “Kami dapat melihat partikel tinta terkumpul di kelenjar getah bening, dan kami menduga tubuh menganggapnya sebagai zat asing.”
(Red)