ABC NEWS – Saham perusahaan milik Garibaldi ‘Boy’ Thohir, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk yang berkode emiten ADRO, kembali lagi terperosok pada sesi I perdagangan Senin (17/3).
Pada pukul 10.23 WIB, saham ADRO minus 1,66 persen atau berada di harga Rp 1.780 per lembar saham.
Semula, saham ADRO sempat menyentuh level Rp 1.775, ini merupakan harga terendah dalam tiga tahun.
Sekedar info, dalam sebulan saham ADRO ambruk lebih dari 22 persen. Sebanyak 24 juta lembar saham ADRO ditransaksikan, dengan frekuensi 7.500 kali, dan nilai transaksi Rp 43 miliar.
Perlu diketahui, saham ADRO krrap terpuruk usai melepas mayoritas kepemilikannya atas PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), perusahaan batu bara termal.
Di satu sisi, setelah pemisahan (spin-off) unit batu bara termal melalui AADI, Alamtri yang dahulu bernama PT Adaro Energy Indonesia Tbk kini mengalihkan fokus bisnisnya ke batu bara metalurgi dan hilirisasi aluminium via PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), serta jasa pertambangan melalui PT Saptaindra Sejati (SIS).
Analis KB Valbury Sekuritas Laurencia Hiemas dalam risetnya, dikutip Senin (17/3), bilang, “Smelter aluminium berkapasitas 500 ribu ton per tahun diperkirakan menyumbang pendapatan sebesar USD 757 juta pada 2026 dan USD 1,3 miliar pada 2028, yang mencakup lebih dari setengah pendapatan konsolidasi.”
Sementara itu saat ini ADMR dan SIS menjadi pilar utama Alamtri. Setelah spin-off, ADRO diprediksi meraup pendapatan USD 2 miliar pada 2024.
Pendapatan ADRO itu didominasi oleh ADMR dengan kontribusi 55 persen, sementara SIS menyumbang 41 persen.
ADMR mencatatkan pendapatan sebesar USD 1,2 miliar atau naik 6,3 persen yoy. Pendapatan ADMR didukung oleh pertumbuhan volume yang kuat, meskipun harga jual rata-rata (average selling price/ASP) melemah.
Pendapatan SIS pun ikut naik menjadi USD 849 juta berkat kinerja operasional yang solid pada kegiatan pemindahan lapisan tanah penutup, pengangkutan, dan jasa layanan peralatan.
Tahun ini ADRO diperkirakan mencetak laba bersih sebesar USD 345 juta, kemudian naik menjadi USD 495 juta pada 2028, dengan aluminium sebagai pendorong utama sebesar 51 persen.
(Red)