ABC NEWS – Tekanan terhadap pasar saham domestik terus berlanjut. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan pasar keuangan yang kembali menguat.
Hari ini, Jumat (21/3), sekitar pukul 10.21 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jeblok 2,5 persen menyentuh angka 6.218,89.
Sementara mayoritas tenor di pasar surat utang mencatat penurunan harga. Ini bisa jadi adanya indikasi dari kenaikan tingkat imbal hasil (yield).
Sekedar informasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) untuk tenor lima tahun naik 4,7 basis poin menyentuh level 6,843 persen.
Sedangkan untuk tenor 10 taun naik tiga basis poin kini di angka 7,141 persen. Sementara untuk tenor 11 tahun bahkan melompat hingga sembilan basis poin mententuh 7,123 persen.
Di satu sisi, kenaikan juga terjadi untuk tenor pendek dua tahun yang naik 1,4 basis poin di angka 6,643 persen.
Hanya tenor terpanjang 30 tahun yang yield-nya turun 2,6 basis poin pagi ini menjadi 7,056 persen, dan tenor satu tahun yang berubah sedikit 0,9 basis poin menjadi 6,510 persen.
Perlu diketahui, investor asing baru saja terendus memborong SBN sebanyak Rp 7,5 triliun pada perdagangan Kamis (20/3) kemarin.
Kondisi tersebut membuat proporsi penguasaan di pasar sekunder surat utang ke level tertinggi sejak Februari 2022.
Di sisi lain, nilai rupiah terus melemah, di mana kondisi ini telah berlangsung sejak awal pasar spot dibuka.
Kurs rupiah terhadap dolar AS kini menyentuh Rp 16.505 per dolar AS, menembus level support pertama. Bila tekanan berlanjut, rupiah bisa menuju Rp 16.530 per dolar AS.
Asing Waspada
Sementara itu, sejumlah bank investasi asing terus memantau peningkatan tensi ketegangan politik domestik di Tanah Air, usai pengesahan RUU TNI.
Kondisi itu terjadi di tengah kekhawatiran yang belum sepenuhnya hilang tentang prospek fiskal Indonesia ke depannya.
Misalnya bank investasi asal AS, Citigroup, mereka mempertahankan pandangan hati-hati terhadap Indonesia setelah pengesahan RUU yang cukup kontroversial tersebut.
Menurut Citigroup, aksi unjuk rasa menolak RUU TNI mengingatkan pada demonstrasi pada Agustus lalu ketika publik menentang upaya DPR yang hendak merevisi RUU Pemilihan Kepala Daerah.
Publik pasti tahu, valuasi pasar saham Indonesia saat ini sudah ‘murah’ berdasarkan ekspektasi rasio harga dan pendapatan saat ini.
Citigroup menyukai saham defensif berbasis konsumsi, seperti emiten dengan kode BBRI, BBNI, BBCA, GOTO, AMRT, ICBP, ASII, ANTM dan UNTR.
Informasi yang beredar, investor asing terus melanjutkan aksi jual aset-aset di pasar keuangan domestik.
Khusus di saham, asing telah mencatatkan net sell senilai USD 543,3 juta month-to-date atau selama Maret. Angka itu setara Rp 9 triliun dengan kurs dolar AS saat ini.
Sedangkan di pasar surat utang, investor asing kembali masuk di mana pada perdagangan Kamis (20/3), asing membukukan belanja SBN senilai Rp 7,47 triliun, mengakhiri periode net sell yang telah berlangsung enam hari perdagangan beruntun.
Kini posisi asing di SBN kembali meningkat, mencapai Rp 900,51 triliun, berdasarkan data terbaru yang dilansir oleh Kementerian Keuangan hari ini.
(Red)