ABC NEWS – Pemimpin sayap kanan, Marion Anne Perrine ‘Marine’ Le Pen, oleh pengadilan Paris, Prancis dinyatakan bersalah dalam kasus penggelapan dana Parlemen Eropa.
Namun, hakim belum memutuskan apakah juga akan mengambil hak politik Le Pen untuk maju kembali sebagai calon presiden Prancis pada pemilu berikutnya.
Sebelumnya jaksa sempat menuntut Le Pen agar segera dijatuhi hukuman larangan mencalonkan diri selama lima tahun.
Le Pen dituntut hukuman penjara lima tahun-termasuk dua tahun masa percobaan-denda sebesar €300.000, serta larangan mencalonkan diri dalam jabatan publik selama lima tahun.
Jika tuntutan tersebut dikabulkan hakim, maka Le Pen bisa dipastikan akan gagal maju pada pemilu 2027, atau dua tahun lagi.
Bahkan, bila majelis hakim pun setuju dengan tuntutan jaksa, Le Pen tidak akan mendapatkan kesempatan untuk menunda hukumannya, bahkan bila seandainya Le Pen mengajukan banding atas putusan tersebut.
Pada saat berita ini ditulis, majelis hakim di pengadilan pidana Paris masih membacakan keputusan mereka dalam kasus ini.
Le Pen sebelumnya membantah melakukan kesalahan apa pun dan mengatakan bahwa jaksa sedang mengupayakan ‘kematian politiknya’.
Le Pen dituduh melakukan penyelewengan dana hingga USD 3,3 juta EU Funds untuk membiayai partainya, National Rally.
Kasus ini bisa memupuskan ambisinya menjadi pengganti Emmanuel Macron yang menuntaskan masa jabatannya pada 2027.
Le Pen, National Rally (RN), dan lebih dari 20 anggota partai lainnya didakwa menggunakan dana Parlemen Eropa untuk membayar staf yang sebenarnya bekerja untuk RN di Prancis.
Setelah persidangan pada November lalu, Menteri Kehakiman Prancis, Gerald Darmanin, menulis di media sosial X bahwa akan menjadi hal yang sangat mengejutkan jika Le Pen benar-benar dilarang mengikuti pemilu mendatang.
Le Pen telah tiga kali gagal dalam usahanya menjadi presiden. Hukuman ini bisa mengancam ambisi politik Le Pen pada 2027.
Survei menunjukkan bahwa ia berpeluang menggantikan Emmanuel Macron, yang tidak dapat mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga secara berturut-turut.
RN di bawah kepemimpinan Le Pen telah berusaha menjauhkan diri dari citra rasis dan antisemit yang melekat pada partai tersebut, demi menjadikannya lebih dapat diterima oleh publik serta memiliki peluang lebih besar untuk memenangkan pemilu.
(Red)