ABC NEWS – Kementerian Perhubungan memperkirakan tahun ini jumlah pemudik lebaran hanya mencapai 146,48 juta orang.
Kondisi itu berarti terjadi penurunan dibandingkan tahun lalu. Pada 2024, jumlah pemudik lebaran sebesar 193,6 juta orang, atau sekitar 71,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Sejatinya lebaran merupakan momentum sangat dinantikan umat muslim. Tradisi mudik pulang kampung untuk berkumpul dan bersilaturahmi dengan keluarga menjadi sebuah tradisi yang tak terpisahkan dari perayaan Idulfitri.
Ironi, lebaran tahun ini banyak masyarakat, terutama umat Islam, yang tidak merayakan lebaran bersama keluarga besarnya.
Terjadi penurunan signifikan sangat signifikan dalam jumlah pemudik. Konon, penurunan disebabkan melemahnya daya beli masyarakat Indonesia yang terpengaruh oleh kondisi ekonomi saat ini.
Menjadi pertanyaan kemudian, apakah kondisi bangsa ini juga sedang tidak baik-baik saja?
Survei terbaru menunjukan, sekitar 15 persen hingga 20 persen masyarakat Indonesia yang biasanya melakukan perjalanan mudik pada tahun sebelumnya mengurangi atau bahkan membatalkan rencana mudik mereka pada lebaran tahun ini.
Salah satu faktor utama penyebabnya adalah, penurunan daya beli masyarakat akibat inflasi yang tinggi, harga barang-barang kebutuhan pokok yang terus merangkak naik, serta kenaikan harga bahan bakar yang turut memengaruhi biaya transportasi.
Perlu diketahui, Reuters melaporkan bahwa per Februari 2025 Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,09 persen secara tahunan, yang merupakan deflasi pertama dalam lebih dari dua dekade.
Di satu sisi, data kuartal III-2024 menunjukan, konsumsi rumah tangga Indonesia hanya tumbuh 4,91 persen secara tahunan (YoY) yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lemah sebesar 4,95 persen pada periode tersebut.
Hal ini menunjukkan indeks belanja konsumen, yang merupakan pendorong utama ekonomi Indonesia, mengalami perlambatan signifikan.
Penurunan daya beli masyarakat dan fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran juga menjadi faktor yang menyebabkan penurunan pemudik Lebaran 2025.
Data Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengungkapkan, pada awal 2025 hampir 14 ribu pekerja formal kehilangan pekerjaan akibat penurunan di sektor manufaktur.
Guru Besar Ilmu Manajemen UMS Anton Agus Setyawan, dikutip kembali dari laman resminya, Senin (31/3), menulis, “Hal ini mempengaruhi pendapatan rumah tangga dan secara langsung berdampak pada penurunan daya beli masyarakat.”
Di sisi lain, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat bahwa gelombang PHK terus meningkat di awal 2025.
Sebanyak 3.325 pekerja terkena PHK per Januari 2025, sehingga total tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan mencapai 81.290 orang.
Angka ini naik 4,26 persen dari Desember 2024 yang mencatat 77.965 kasus PHK.
Adanya penurunan jumlah pemudik pada lebaran tahun ini merupakan fenomena yang cukup mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia saat ini.
(Red)