ABC NEWS – Manajemen PT Chandra Asri Pacific Tbk akhirnya membuka alasan di balik perseroan mengakuisisi kilang milik Shell di Singapura.
Menurut pihak Candra Asri, akuisisi kilang tersebut bertujuan mendukung percepatan fasilitas proyek Chandra Asri Perkasa 2 (CAP2) dengan menjamin pasokan ethylene dari Aster, Singapura.
Hal itu diungkapkan Direktur Legal, External Affairs & Circular Economy Chandra Asri Edi Rivai dalam analis dan media briefing Chandra Asri Pacific secara daring, Selasa (8/4).
Kata dia, “Adanya kilang Ethylene Cracker/ECC dengan kapasitas 1,1 juta ton per tahun di Pulau Jurong dapat diintegrasikan ke Indonesia untuk dijadikan ethylene dichloride di CAP2.”
Edi bilang, “Ketersediaan pasokan ethylene tersebut mendukung proses hilirisasi petrokimia di Indonesia karena menjadi bahan baku utama dalam proses produksi dari berbagai produk turunan petrokimia.”
Dia melanjutkan, “Jadi, ada hilirisasi petrokimianya. Kita tahu bahwa ethylene saat ini masih net import. Jadi, kebutuhan impornya Indonesia, nanti kita dapat dipenuhi dari Singapura. Nah, demikian juga di SECP, yaitu nanti yang saat ini jadi Aster.”
Berdasarkan keterangan Edi, kondisi tersebut juga mendukung ketersediaan bahan baku monoethylene glicol (MEG) yang merupakan komponen penting dalam produksi serat poliester dalam memperkuat rantai pasok industri tekstil nasional.
Sekedar informasi, proyek CAP2 dibangun dengan nilai investasi sekitar USD 5 miliar atau setara Rp 84,8 triliun (kurs Rp 16.961 saat ini, red).
Proyek tersebut telah dibangun sejak sejak 2022 dan ditargetkan beroperasi komersial pada 2027.
CAP2 merupakan megaproyek Chandra Asri yang disebut dapat mampu menggantikan impor produk kimia sempat hingga lima juta ton.
Saat ini proyek CAP2 masih terus berjalan melalui rekonfigurasi pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC).
(Red)