ABC NEWS – Kewajiban finansial alias liabilitas atau utang yang harus dibayar PT BTN (Persero) Tbk kepada pihak lain hingga 31 Desember 2024 tercatat Rp 407,79 triliun.
Utang itu naik sekitar 6,99 persen dari periode yang sama 2023 sebesar Rp 381,16 triliun.
BTN terus mencatatkan kenaikan utang sejak 2020. Pada tahun itu utang BTN Rp 321,3 triliun, kemudian naik menjadi Rp 327,69 triliun (2021), dan Rp 351,38 triliun (2022).
Adapun rincian utang 2024 yang mesti segera dibayarkan oleh BTN adalah, liabilitas segera Rp 2,64 triliun, utang simpanan dari nasabah Rp 352,44 triliun, dan utang simpanan dari bank lain Rp 70,04 miliar.
Kemudian, utang efek-efek yang dijual dengan janji dibeli kembali Rp 3,41 triliun, liabilitas akseptasi Rp 941,9 miliar, dan utang surat-surat berharga yang diterbitkan Rp 5,44 triliun.
Lalu, utang pinjaman yang diterima Rp 33,49 triliun, utang bunga yang masih harus dibayar Rp 658,07 miliar, utang estimasi kerugian komitmen dan kontijensi Rp 3,39 miliar, liabilitas imbalan kerja dan lain-lain Rp 2,37 triliun, serta utang pinjaman subordinasi dan efek-efek subordinasi Rp 6,33 triliun.
Di satu sisi, pada akhir 2024, BTN mencatatkan total aset sebesar Rp 469,61 triliun. Ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 7 persen dibandingkan dengan tahun 2023 yang sebesar Rp 438,75 triliun. BTN juga membukukan laba bersih sebesar Rp 3 triliun pada 2024.
Berarti selisih antara aset dengan utang hanya Rp 61,82 triliun. BTN menargetkan aset akan menembus Rp 500 triliun pada akhir 2025.
Sementara, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) BTN lebih tinggi dari pertumbuhan DPK industri pada akhir 2024\, dan perseroan berhasil menjaga rasio loan to deposit ratio (LDR) di level 93,8 persen pada akhir 2024.
BTN tahun lalu menorehkan laba bersih Rp 3,01 triliun. Perolehan ini terkoreksi 14,1 persen year on year (yoy), dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 3,50 triliun.
Koreksi laba BTN antara lain disebabkan kenaikan di pos beban. Berdasarkan laporan keuangan publikasi, beban bunga emiten berkode saham BBTN ini melonjak 21,9 persen, dari Rp 14,65 triliun menjadi Rp 17,84 triliun.
Sedangkan pendapatan bunga bersihnya tumbuh 4,5 persen dari Rp 28,27 triliu menjadi Rp 29,55 triliun. Alhasil, pendapatan bunga bersih BTN terkontraksi 14,1 persen, atau menjadi Rp 11,73 triliun dibandingkan Rp 13,62 triliun di tahun sebelumnya.
Dari sisi intermediasi, sepanjang 2024, BTN mencatatkan pertumbuhan kredit dan pembiayaan syariah 7,3 persen, dari Rp 333,69 triliun menjadi Rp 357, 97 triliun.
(Redaksi)