ABC NEWS – PT BNI (Persero) Tbk hingga posisi per 31 Desember 2024 ternyata memiliki total liabilitas hingga mencapai Rp 962,62 triliun, naik 3,29 persen dari periode yang sama 2023 sebesar Rp 931,93 triliun.
Liabilitas adalah kewajiban finansial atau utang yang harus dibayar oleh suatu entitas atau perusahaan kepada pihak lain.
Rincian utang BNI tersebut terdiri atas, liabilitas segera Rp 5,51 triliun, simpanan nasabah Rp 805,51 triliun, simpanan dari bank lain Rp 18,55 triliun, dan liabilitas derivatif Rp 1,48 triliun.
Kemudian, efek-efek yang dijual securities sold under dengan janji dibeli kembali Rp 15,89 triliun, liabilitas akseptasi Rp 4,23 triliun, beban yang masih harus dibayar Rp 1,53 triliun, dan utang pajak Rp 317,57 miliar.
Berikutnya, imbalan kerja Rp 7,15 triliun, penyisihan Rp 2,28 triliun, utang lain-lain Rp 26,56 triliun, efek-efek yang diterbitkan Rp 12,97 triliun, pinjaman yang diterima Rp 42,93 triliun, dan efek-efek subordinasi Rp 17,7 triliun.
Sebelumnya, pada medio November 2024, dikabarkan BNI akan mendapat pinjaman sebesar USD 600 juta atau sekitar Rp 9,4 triliun (kurs Rp 15.718 kala itu).
Suntikan dana segar itu hasil penandatanganan Facility Agreement antara BNI dengan Oversea-Chinese Banking Corporation Ltd, Bank of America, National Association-Singapore Branch, dan CIMB Bank Berhad Singapore Branch.
Kemudian, CTBC Bank co Ltd, DBS Bank Ltd, The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited, dan Singapore Branch sebagai Mandated Leas Arrangers & Bookrunners (MLAB).
Konon, fasilitas pinjaman ini berjangka waktu empat tahun dan tanpa pinjaman. Dana hasil pinjaman ini akan digunakan untuk pembiayaan utang yang ada sekaligus keperluan perusahaan alias ‘gali lubang tutup lubang’.
Di satu sisi, BNI hingga akhir tahun lalu memiliki total aset hingga Rp 1.129,81 triliun, naik 3,97 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Tahun lalu BNI mencatatkan laba bersih Rp 21,5 triliun, naik 2,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan laba ini didukung oleh pertumbuhan pendapatan non-bunga 11,9 persen menjadi Rp 24 triliun, meskipun pendapatan bunga bersih turun 1,9 persen menjadi Rp 40,48 triliun akibat kenaikan beban bunga 29,2 persen menjadi Rp 26,1 triliun.
Pertumbuhan laba didorong oleh transformasi digital yang berhasil meningkatkan tabungan 11 persen secara tahunan, dari Rp 232 triliun pada 2023 menjadi Rp 258 triliun pada 2024.
Selain itu, BNI menyalurkan kredit Rp 775,87 triliun, tumbuh 11,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan rasio kredit bermasalah (NPL) turun di bawah 2 persen dan loan at risk (LAR) di level 10,3 persen.
(Red)