ABC NEWS – Nama Wilmar Grup belakangan ini marak, setelah terbongkarnya kasus suap putusan korupsi ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/(CPO) di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, senilai Rp 60 miliar.
Kasus suap itu melibatkan duet pengacara Wilmar Group, Marcella Santoso dan Ariyanto Bakri, serta Head of Social Security Legal Wilmar Group Muhammad Syafei.
Ketiganya telah ditetapkan sebagai tersangka dan sudah ditahan oleh Kejaksaan Agung (Kejagung).
Perlu diketahui, di Indonesia, Wilmar Group beroperasi menggunakan bendera PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
Perusahaan ini berkantor pusat di Jalan Industri Selatan 3 Jababeka Tahap II, Pasirsari, Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Sejumlah literasi memperlihatkan, perusahaan ini memulai sejarahnya di Pontianak, Kalimantan Barat pada 1968 dengan nama CV Tjahaja Kalbar.

Bisnis awalnya adalah pengolahan kopra menjadi minyak kelapa. Pada 1972, perusahaan ini mulai mengolah minyak kelapa menjadi minyak goreng.

Kemudian, pada 1982, perusahaan ini membuka pabrik pengolahan kelapa sawit pertamanya di Jawa, tepatnya di Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, untuk mengolah minyak kelapa sawit menjadi minyak goreng, margarin, dan shortening.
Nama besar Wilmar tidak bisa lepas dari sosok taipan bernama Martua Sitorus yang juga memiliki nama Thio Seeng Haap or Ahok.

Terselip pula nama taipan asal Malaysia, Kuok Khoon Hong. Wilmar sesungguhnya memiliki dua sisi wajah, Indonesia dan Malaysia.
Perlu diketahui, Martua yang lahir pada 6 Februari 1960 di Pematangsiantar, Sumatera Utara, kini bermukim di Singapura.

Pada 2024, Forbes menempatkan Martua sebagai orang terkaya ke-18 di Indonesia.
Data Forbes Real Time Billionaires List pada 27 Maret lalu mengungkapkan bahwa kekayaan Martua tembus mencapai USD 3,5 miliar atau setara Rp 59 triliun (kurs Rp 16.879).
Martua dan Kuok kemudian berkongsi dan membangun Wilmar International Limited pada 1991.
Kuok Khoon atau biasa disapa William, adalah keponakan dari orang terkaya di Malaysia bernama Robert Kuok.
Kuok Khoon sudah menggeluti bisnis kelapa sawit sejak 1973. Kuok bahkan pernah menjabat berbagai posisi penting di perusahaan kelapa sawit Asia.
Misalnya, General Manager Federal Flour Mills Bhd mulai 1986-1991. Kemudian, pada 1989-1991, Kuok menduduki posisi Managing Director Kuok Oils & Grains Pte Ltd.
Kini, Wilmar Group telah menjelma menjadi salah satu grup bisnis terbesar di Asia dengan 450 pabrik pengolahan.
Jaringan distribusi Wilmar telah berkembang di Cina, India, dan Indonesia dan 50 negara lain.
Wilmar Cahaya
Kembali ke Wilmar Cahaya Indonesia, saat ini mayoritas saham perseroan dikendalikan oleh PT Sentratama Niaga Indonesia sebanyak 87,02 persen.
Sedangkan sisa saham sebanyak 12,98 persen dikuasai oleh publik.
Sedangkan pemegang saham Sentratama terdiri atas Larnia Pte Ltd (95 persen) dan Wilmar International Limited (lima persen).

Wilmar Cahaya kini memiliki tiga orang direksi, yaitu Erry Tjuatja (presiden direktur), Tonny Muksim (direktur), dan Teh Kenny Suryadi (direktur).
Perseroan juga punya dua orang komisaris, yakni Darwin Indigo (presiden komisaris), dan Mayjen TNI (Purn) Hendardji Soepandji (komisaris independen).
Laporan keuangan perseroan posisi 31 Desember 2023 menunjukkan, Wilmar Cahaya memiliki total aset sebesar Rp 1,89 triliun.
Terdiri atas aset lancar Rp 1,58 triliun dan aset tidak lancar Rp 311,97 miliar.
Perseroan juga memilili jumlah utang yang wajib dibayar atau liabilitas hingga Rp 251,28 miliar. Rinciannya, utang jangka pendek Rp 217,02 miliar dan utang jangka panjang Rp 34,26 miliar.
Wilmar Cahaya hingga akhir 2023 juga membukukan penjualan neto (net sales) Rp 6,34 triliun, laba bruto (gross profit) Rp 388,51 miliar, serta laba usaha Rp 187,03 miliar.
(Red)