ABC NEWS – JP Morgan Chase & Co memprediksi bahwa harga emas dunia akan mencapai level USD 4.000 atau setara Rp 67,53 juta (kurs Rp 16.881.5) per ounce pada kuartal kedua tahun depan.
Jika diasumsikan 1 ounce adalah 28,35 gram, maka diproyeksikan kuartal kedua tahun depan harga emas akan berada di harga Rp 2,4 juta per gram.
Prediksi tersebut terkait kemungkinan meningkatnya resesi di tengah perang dagang global yang sedang berlangsung.
JPMorgan adalah sebuah perusahaan induk jasa keuangan dan bank investasi multinasional asal Amerika yang berkantor pusat di New York City.
JPMorgan dalam sebuah catatannya, dikutip kembali pada Rabu (2/4), menulis, “Perkiraan kami untuk harga emas menuju USD 4.000 per ounce, karena berlanjutnya permintaan emas dari investor dan bank sentral yang kuat dengan rata-rata sekitar 710 ton per kuartal tahun ini.”
Sebelum mencapai level tersebut, analis JPMorgan memperkirakan harga emas akan mencapai level harga rata-rata USD 3.675 atau Rp 62,04 juta per ounce atau Rp 2,2 juta per gram.
JPMorgan juga memprediksi kemungkinan terjadi overshoot lebih awal dari perkiraan ini, jika permintaan melampaui ekspektasi.
Perkiraan bullish JPMorgan muncul di hari yang sama ketika emas spot menyentuh level USD 3.500 per ounce.
Sekedar informasi, emas telah naik hampir 30 persen sepanjang tahun ini dan menjadikannya salah satu aset dengan kinerja terbaik.
Awal bulan ini, Goldman Sachs juga memasang target harga emas di USD 4.000 per untuk tahun depan, sambil meningkatkan perkiraan harga akhir 2025 menjadi USD 3.700 per ounce.
Bank juga mencatat bahwa dalam ‘skenario ekstrim’, emas batangan dapat diperdagangkan mendekati USD 4.500 atau Rp 75.966.750 per ounce atau Rp 2,7 juta per gram pada akhir tahun.
JPMorgan dalam catatannya juga memaparkan kasus bearish di mana terjadi penurunan tak terduga dalam permintaan bank sentral.
(Red)