ABC NEWS – Pengembangan mineral logam tanah jarang atau Rare Earth Element (REE) akan terus diakselerasi oleh PT Timah Tbk.
Salah satu caranya adalah dengan membuat pabrik percontohan skala kecil (pilot plan) logam tanah jarang di Tanjung Ular, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Wakil Direktur Utama MIND ID Dany Amrul Ichdan mengatakan dalam keterangannya, Kamis (24/4), menjelaskan bahwa pilot plan logam tanah jarang tersebut adalah bentuk komitmen PT Timah dalam mendukung program hilirisasi mineral nasional.
Dia menambahkan, hal itu sejalan dengan ‘Asta Cita’ Presiden Prabowo, yakni ‘Melanjutkan Hilirisasi dan Industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam Negeri’.
MIND ID adalah nama lain dari PT Mineral Industri Indonesia (Persero), holding BUMN pertambangan yang membawahi sejumlah BUMN tambang, salah satunya PT Timah.
Menurut Dany, PT Timah bersama MIND ID akan terus melakukan upaya percepatan pengembangan logam tanah jarang.
Komentar Dany, “Fokus Utama dalam pilot plan logam tanah jarang ini yakni revitalisasi fasilitas pilot plant pengolahan monasit untuk dapat dimanfaatkan kembali sebagai bagian dari pengembangan logam tanah jarang.”
Dia melanjutkan, “Pengembangan pilot plan logam tanah jarang ini bertujuan untuk menciptakan nilai tambah melalui industrialisasi logam tanah jarang berbasis mineral ikutan penambangan timah.”
Dany menerangkan, MIND ID melalui PT Timah memiliki kelolaan mineral rare earth yang jarang dimiliki oleh negara-negara lain.
“Indonesia memiliki kemampuan untuk memproses rare earth ini di dalam negeri sehingga nilai tambah dan manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia,” ujar dia.
Keterangan Dany, “Melalui pengembangan rare earth ini, kami yakin Indonesia mampu menjadi basis bagi pengembangan ekosistem industri strategis masa depan.”
Sekedar informasi, pilot plan pengembangan REE PT Timah telah dimulai sejak 2010. Namun, dalam perjalanannya ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam pengembangan REE di dalam negeri.
Misalnya, ketersediaan teknologi pengolahan yang terbukti dan dapat diimplementasikan secara komersial masih terbatas.
Tantangan lainnya, kebutuhan akan mitra strategis yang memiliki teknologi dan pengalaman dan proses revitalisasi pilot plant memerlukan waktu dan dukungan teknis yang signifikan agar dapat berjalan optimal.
PT Timah ke depannya berencana untuk membangun pabrik pengolahan logam tanah jarang skala komersial dengan bahan baku dari monasit sebagai mineral ikutan timah.
(Red)