ABC NEWS – Kondisi PT Telkom Indonesia Tbk saat ini dinilai oleh sejumlah pihak sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.
Sejumlah peristiwa negatif belakangan kerap menimpa BUMN ini, mulai dari soal kinerja, kualitas kepemimpinan, problem hukum, hingga sejumlah kasus korupsi.
Pemerhati kebijakan publik Sri Radjasa, dalam keterangan tertulisnya, dikutip Senin (26/5), menjelaskan bahwa kinerja fundamental Telkom dalam tiga tahun terakhir bisa dibilang kurang menggembirakan atau kalau tidak ingin disebut mengecewakan.
Kata dia, “Persoalan mendasar dapat disimpulkan, kalau diibaratkan armada, Telkom saat ini sedang dikemudikan oleh supir dan awak kendaraan yang tidak sehat.”
Radjasa menilai, perlu dilakukan perombakan besar-besaran dijajaran pengurus Telkom, terutama direksi, agar BUMN bisa kembali ke jalan yang benar.
Komentar Radjasa, “Pergantian direksi, terutama direktur utama, menjadi agenda yang mutlak harus dilakukan dalam RUPS tahunan yang akan segera digelar.”
Sekedar informasi, Telkom akan menggelar RUPS Tahunan Tahun Buku 2024 esok hari, Selasa (27/5).
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), RUPST akan digelar di Ballroom Hotel Four Seasons, Jl. Jend. Gatot Subroto No.18 pada pukul 14.00 WIB.
Radjasa melanjutkan, “Pergantian direksi dapat dianalogikan sebagai servis over haul armada Telkom secara menyeluruh dan komprehensif.”
Radjasa menegaskan, “Merombak dan mengganti seluruh manajemen direksi sangat penting. Ini menjadi penyebab tersendatnya laju Telkom untuk mengejar ketinggalan dari para kompetitor di dalam negeri.”
Menurut Radjasa, Presiden Prabowo Subianto harus menunjukan komitmennya yang kuat untuk membenahi jajaran direksi BUMN, terutama Telkom.
Dia menambahkan, ke depan direksi Telkom harus dijabat oleh orang-orang yang bersih dari isu korupsi dan memiliki integritas moral yang tinggi dan bekerja untuk kemaslahatan bangsa dan negara.
“Seharusnya pokok-pokok kebijakan Presiden Prabowo dijadikan landasan etika moral dalam penyelenggaraan RUPS tahunan Telkom kali ini, dengan agenda utama pergantian dirut Telkom,” ujar Radjasa.
Dia bilang, “Dirut Telkom harus dijabat oleh putra bangsa yang memiliki karakter kesatria dan siap mengemban tugas negara sebagai suatu kehormatan.”
Radjasa menilai, kepemimpinan Telkom di bawah Ririek Adriansyah sejak dia diangkat menjadi dirut pada 24 Mei 2019 jauh dari kata membanggakan, bahkan bisa disebut sangat mengecewakan.
Radjasa mengungkapkan, “Bahkan saya mendapat informasi bahwa Ririek diduga melakukan sejumlah manuver agar jabatannya minimal bisa diperpanjang untuk satu tahun ke depan.”
Terpisah, peneliti Center for Indonesia Reform (CIR) Subhan Akbar menyoroti kinerja keuangan Telkom yang cenderung mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir.
Subhan dalam keterangannya pekan lalu mengungkapkan, pendapatan konsolidasi Telkom mencapai Rp 36,6 triliun pada kuartal I-2025, dengan earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) sebesar Rp 18,2 triliun dan margin margin 49,8 persen. Sementara laba bersih tercatat sebesar Rp 5,8 triliun.
Kata dia, “Data-data itu menurun bila dibandingkan kuartal pertama pada tahun-tahun sebelumnya.”
Data menunjukan, pada kuartal pertama tahun lalu, Telkom membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 37,4 triliun, EBITDA tercatat Rp 19,4 triliun (margin kisaran 51,9 persen), dan laba bersih Rp 6,3 triliun.
Subhan menilai, Telkom memiliki potensi untuk mendukung pencapaian tujuan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) dengan memperbaiki kinerja keuangan.
(Red)