ABC NEWS – Manajemen PT PLN (persero) di bawah kepemimpinan Darmawan Prasodjo sukses mencatatkan utang yang mesti dibayar alias liabilitas hingga Rp 673,68 triliun, posisi per 30 Juni 2024.
Posisi utang itu mengalami kenaikan sebesar Rp 18,68 triliun dibandingkan posisi per 31 Desember 2023 yang tercatat Rp 655 triliun.
Adapun rincian kenaikan utang tersebut adalah, utang jangka pendek dari Rp 143,2 triliun menjadi Rp Rp 152,82 triliun.
Kemudian, utang jangka panjang semula Rp 511,8 triliun lalu menjadi Rp 520,86 triliun.
Utang-utang tersebut terdiri atas antara lain, utang pajak, utang usaha, utang sewa, utang bank, utang obligasi dan sukuk ijarah, utang listrik swasta, dan sebagainya.
Kenaikan bukan hanya terjadi di sisi utang. Jumlah beban usaha ikut mengalami kenaikan, dari semula Rp 202,23 triliun per 31 Desember 2023 menjadi Rp 233,56 triliun posisi 30 Juni 2024.
Perlu diketahui, saat pertama kali Darmawan duduk sebagai dirut PLN 2021, data 2023 menunjukan, total produksi listrik PLN sebesar 323.320,62GWh, meningkat 15.318,32 GWh atau naik tipis 4,97 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 308.002,30 GWh.
Kemudian, penjualan tenaga listrik perseroan pada 2023 adalah 288.436 GWh atau naik 5,36 persen dibanding realisasi 2023 yang 273.761 GWh.
Di satu sisi, Darmawan mengklaim bahwa eksekusi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025–2034 akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi hingga 1,4 persen setiap tahun.
Kata dia di kantor Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM di Jakarta, Senin (2/6), “Jadi, ini (RUPTL) berpotensi menambah pertumbuhan ekonomi lebih dari satu persen setiap tahunnya.”
Kemudian, Darmawan juga menyatakan kesiapannya bagi PLN untuk menjalankan arahan dari pemerintah, terkait implementasi diskon tarif listrik sebesar 50 persen, yang dikabarkan akan dimulai pada 5 Juni 2025.
Sekedar informasi, Darwan terpilih sebagai dirut PLN ditunjuk oleh Menteri BUMN Erick Thohir pada 6 Desember 2021. Darmawan menggantikan posisi Zulkifli Zaini sebagai dirut PLN.
Ia kemudian diangkat kembali menjadi dirut PLN pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PLN yang berlangsung 14 November 2024.
Publik sempat digegerkan kasus ‘Papa Minta Saham’ di PT Freeport Indonesia beberapa tahun silam. Nama Darmawan Prasodjo pun ikut terseret dalam sengkarut tersebut.
Nama Darmo, panggilan dari Darmawan Prasodjo, yang saat peristiwa itu terjadi duduk sebagai Deputi I Staf Kepresidenan, disebut beberapa kali oleh Setya Novanto (mantan ketua DPR) dan pengusaha Riza Chalid.
Di dalam rekaman di kasus ‘Papa Minta Saham’, Darmo diibaratkan sebagai anak kesayangan Joko Widodo (Jokowi) karena kecerdasannya. Hal itu membuat Riza Chalid kemudian mendekati Darmo.
Riza Chalid dalam rekaman itu bilang, “Darmo ini disayang sama dia (Jokowi) karena si Darmo kalau presentasi, lulusan Amerika, sudah kuliah Phd pintar.”
Dia melanjutkan, “Jokowi happy terus. Ini saya tahu. Darmo ngomong, Pak, itu didengerin (oleh Jokowi).”
Omongan Riza Chalid lalu ditanggapi oleh Setya Novanto, “Cuma sudah dibeli. Gara-gara ketemu Bapak, dikunci, sreeeet. Berubah.”
Setya Novanto juga bercerita bahwa Riza Chalis cukup intens mendekati Darmo. Pendekatan dilakukan agar Darmo tunduk terhadap kemauan Riza.
Melihat semua rekam jejak tersebut, apakah sudah selayaknya Presiden Prabowo Subianto mempertahankan Darmo sebagai dirut PLN? Mari kita tunggu bersama.
(Red)