ABC NEWS – Proyek ekosistem baterai kendaraan listrik yang digarap perusahaan patungan Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) dan PT Indonesia Battery Corporation (IBC) akan diresmikan pada pekan ketiga Juni tahun ini.
Hal itu diungkapkan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Jakarta, Selasa (3/6). Kata dia, “Juni itu peresmian, groundbreaking, mulai pabrik dibangun untuk ekosistem yang terintegrasi di satu tempat, dari smelter, high pressure acid leach (HPAL), pabrik katoda, hingga sel baterai.”
Pabrik terintegrasi itu akan berlokasi di Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara.
Perlu diketahui, investasi CATL di Proyek Dragon dilakukan lewat Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), usaha patungan bersama dengan Brunp dan Lygend.
Konon, kedua perusahaan yang disebut terakhir punya keahlian pada pembuatan bahan baku baterai.
Sedangkan IBC menjadi perwakilan dari sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) yang mengambil bagian pada rencana investasi konsorsium CBL tersebut.
Saat ini pemegang saham IBC adalah, PT Antam Tbk, PT Inalum (Persero), PT Pertamina New & Renewable Energy, dan PT PLN (Persero).
Di satu sisi, IBC dan konsorsium CBL telah meneken sejumlah usaha patungan (joint venture /JV) pada sejumlah tahapan bisnis baterai EV, baik dari sisi hulu (upstream) tambang, midstream, hingga hilir (downstream) berupa pabrik sel baterai.
Sebanyak tiga perusahaan patungan telah dibentuk untuk bertanggung jawab di sektor hulu. Pertama, PT Sumber Daya Arindo (SDA), yang mengelola tambang nikel.
Antam memegang 51 persen saham di SDA, sedangkan sisanya dimiliki afiliasi CBL, Hongkong CBL Limited (HKCBL).
Kedua, pabrik rotary kiln electric furnace (RKEF) dan kawasan industri melaui bendera PT Feni Haltim (PFT). Antam punya porsi saham 40 persen di perusahaan ini.
Ketiga, perusahaan patungan pabrik hidrometalurgi (HPAL), di mana Antam kembali memiliki 30 persen saham di unit ini.
Lainnya, perusahaan patungan antara IBC dengan CBL yang terdiri atas bahan baku baterai, perakitan sel baterai hingga daur ulang.
IBC punya 30 persen saham untuk proyek pengolahan bahan baku baterai dan perakitan sel baterai. Sementara itu, IBC mendapat bagian 40 persen saham untuk usaha patungan di sisi daur ulang baterai.
(Red)