ABC NEWS – Erick Thohir resmi diangkat menjadi menteri BUMN kesembilan oleh Joko Widodo (Jokowi) pada 23 Oktober 2019. Ia sebelumnya duduk sebagai ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin dalam pemilihan umum Presiden Indonesia 2019.
Lima tahun ‘berkuasa’ di kementerian tersebut, Erick sangat powerfull. Sebab, ia menjadi penentu direktur dan komisaris seluruh BUMN.
Erick kembali dipercaya oleh presiden terpilih dalam pilpres 2024, Prabowo Subianto, menjadi menteri BUMN. Ia pun kembali dilantik pada 21 Oktober 2024.
Namun kini, meskipun masih duduk sebagai menteri, kekuasaan Erick sepertinya satu per satu dipreteli.
Bahkan, majalah Tempo edisi 9-15 Juni 2025 sampai menulis liputan khusus dan dijadikan headline di majalah itu dengan judul Erick Thohir Sampai di Sini.
Majalah Tempo menulis, Erick kehilangan tajinya setelah kewenangannya sebagai menteri dialihkan ke Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
Menurut majalah Tempo, kiprah Erick terus meredup setelah gagal menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
Bahkan, dalam opininya majalah Tempo menulis, dalam lanskap politik, kita menyaksikan Menteri BUMN Erick Thohir, yang sebelumnya merupakan ‘dewa’ penentu direktur dan komisaris perusahaan negara, bagai layang-layang putus, kehilangan wewenang dan mulai dijauhi pejabat sekeliling.
Di sejumlah forum yang berkaitan dengan BUMN, ia diabaikan bahkan tidak diberi kesempatan untuk sekedar berpidato. Hubungannya dengan Presiden Prabowo Subianto pun meregang.
Majalah Tempo di edisi tersebut dalam salah satu artikelnya berjudul Habis Erick Terbit Dony menulis, peran Erick kini diambil alih oleg bawahannya, Dony Oskaria, yang juga orang dekat Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad.
Erick Thohir kini jarang bersinggungan dengan perusahaan BUMN. Ia bahkan tak mendapat panggung untuk berbicara. Dalam town hall meeting Danantara di Jakarta Convention Center pada 28 April 2025, misalnya, hanya Rosan Perkasa Roeslani yang berpidato.
Majlah Tempo menulis, bukannya memegang mik, Erick malah kena sentil presiden. Dalam pidato yang disampaikan setelah wartawan disuruh meninggalkan ruangan, Prabowo mempersoalkan tata kelola BUMN pada pemerintahan sebelumnya.
Dua petinggi perusahaan BUMN yang hadir bercerita, Prabowo menyinggung kinerja PT Pertamina (Persero) dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Wakil Menteri BUMN sekaligus Chief Operating Officer Danantara Dony Oskaria kepada Tempo berbicara, Prabowo kecewa terhadap korupsi impor minyak di Pertamina selama 2018-2023.
Kata Dony kepada majalah Tempo, “Presiden keras sekali bicara kepada direksi BUMN.”
Prabowo, tulis majalah Tempo, juga mengevaluasi Garuda yang kerap merugi. Menurut Dony, Prabowo meminta Garuda diselamatkan.
Prabowo tidak sepakat dengan ide penggabungan Garuda dengan Pelita Air. Pada 2021, saat terjadi pandemi Covid-19, Erick menyiapkan Pelita sebagai pengganti Garuda jika sahamnya dilepas oleh negara.
Dony bilang, “Masalah lama Garuda itu membuat presiden kecewa.”
Sejatinya di Danantara Erick Thohir juga memiliki posisi mentereng, ketua dewan pengawas. Namun, dengan jabatan itu ia ditengarai tak punya kuasa apa pun. Termasuk dalam pengangkatan direktur dan komisaris.
Tak berdayanya Erick dalam penyelenggaraan RUPS terlihat dari surat yang dikeluarkan Kepala Danantara Rosan Roeslani. Bertarikh 5 Mei 2025, surat itu memerintahkan perusahaan BUMN dan anak usahanya menunda RUPS hingga mendapat evaluasi dari Danantara dan holding usaha. Erick hanya mendapat tembusan surat itu.
(Red/Tempo)