ABC NEWS – Kuartal pertama tahun ini PT Merdeka Copper Gold Tbk mencatatkan pendapatan secara konsolidasi hingga mencapai USD 502 juta atau setara Rp 8,2 triliun (kurs Rp 16.240,65).
Presiden Direktur Merdeka Albert Saputro dalam keterangan resminya, Rabu (2/7), menjelaskan, kenaikan pendapatan terutama ditopang oleh harga emas yang lebih tinggi.
Kenaikan harga emas itu memberikan kontribusi tambahan pendapatan hingga USD 47 juta dari penjualan emas dan USD 24 juta dari penjualan limonit kepada pihak ketiga.
Kata Albert, “Kenaikan ini membantu mengimbangi penurunan kontribusi dari produk hilir nikel dan segmen tembaga, sehingga penurunan pendapatan dari tahun ke tahun (year on year/yoy). Hanya sebesar tujuh persen.”
Albert juga menjelaskan bahwa tambang nikel SCM memproduksi 1,8 juta metrik ton basah (wmt) limonit, naik 54 persen yoy. Sementara penjualan saprolit tercatat 1,3 juta wmt, naik 190 persen yoy.
Di satu sisi, meskipun produksi turun dibandingkan kuartal sebelumnya akibat curah hujan musiman, volume keseluruhan Merdekasecara signifikan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Albert pun menerangkan bahwa produksi nikel dalam bentuk nickel pig iron di pabrik peleburan RKEF (Rotary Kiln Electric Furnace) sebanyak 16.297 ton, turun 22 persen yoy.
Turunnya produksi itu disebabkan oleh proses peningkatan bertahap di PT Bukit Smelter Indonesia (BSI) setelah perbaikan tungku pada kuartal keempat tahun lalu, serta pemeliharaan terjadwal di PT Zhao Hui Nickel (ZHN), yang sempat dihentikan sementara akibat banjir.
Pabrik HPAL
Sementa itu, pengembangan pabrik pengolahan HPAL (High Pressure Acid Leach) oleh PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mencatatkan kemajuan yang signifikan.
Pabrik HPAL itu adalah bagian dari sistem produksi terintegrasi, dan dikembangkan melalui anak usaha, yakni PT ESG New Energy Material (PT ESG), PT Meiming New Energy Material (PT Meiming), dan PT Sulawesi Nickel Cobalt (PT SLNC).
ESG telah memulai produksi dari Train A pada akhir 2024, dengan Train B direncanakan menyusul pada semester kedua 2025.
Adanya transisi penggunaan bijih dari tambang SCM dan integrasi feed preparation plant (FPP) baru pada semester dua tahun ini akan berdampak pada turunnya biaya operasional.
Sedangkan Meiming akan melakukan komisioning komponen utama, terutama autoklaf, dan memperoleh Izin Usaha Industri (IUI) pada April 2025.
Lalu, SLNC mencatat kemajuan konstruksi sebesar 14,35 persen dan menargetkan komisioning pada semester kedua 2026.
Berikutnya, pabrik AIM disebut telah memulai produksi spons tembaga pada Januari 2025, dan pembangunan pabrik katoda tembaga mendekati penyelesaian.
Kemudian, pabrik asam mencatat rekor produksi kuartalan baru sebesar 168.738 ton, dengan kapasitas operasional penuh ditargetkan tercapai pada semester kedua 2025.
Sementara untuk proyek Emas Pani tetap berjalan sesuai jadwal dan telah mencapai 49 persen penyelesaian pada akhir kuartal pertama.
(Red)