ABC NEWS – Proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) terintegrasi dari hulu ke hilir bernama Proyek Titan akan disahkan pada September 2025.
Kepastian itu disampaikan langsung oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di kompleks parlemen, Rabu (2/7).
Kata dia, “Oh belum. Nanti mungkin September-Oktober.” Sebelumnya Bahlil pernah bilang bahwa peletakan batu pertama (groundbreaking) proyek itu akan dilakukan sebelum Agustus tahun ini.
Sekedar informasi, Proyek Titan digarap oleh PT Industri Baterai Indonesia alias Indonesia Battery Corporation (IBC) bersama anak usaha Zhejiang Huayou Cobalt Co.
Direktur Utama IBC Toto Nugroho saat di Karawang, Minggu (29/6), pernah menjelaskan, saat ini Proyek Titan masih dalam tahap awal diskusi.
Namun, lanjut Toto, tambang nikel dari PT Antam Tbk masih cukup untuk mengembangkan kapasitas di lini hulu Proyek Titan.
Toto bilang, “Masih proses awal. Nanti akan diumumkan resmi dalam satu dua bulan ke depan.”
Dia melanjutkan, “Kami lihat juga ini suatu prospek untuk sama-sama mengembangkan, karena tambangnya di Antam cukup sebenarnya.”
Proyek Titan dirancang sebagai ekosistem baterai terintegrasi dari hulu ke hilir, mulai dari tambang, fasilitas pengolahan nikel HPAL (High Pressure Acid Leach), prekursor, katoda, hingga pabrik sel baterai dan fasilitas daur ulang.
Proyek Titan bisa dikatakan hampir sama dengan Proyek Dragon besutan Contemporary Amperex Technology Co (CATL) dengan IBC yang baru diresmikan pemerintah.
Nilai Proyek Titan ditaksir mencapai USD 9,8 miliar atau setara Rp 159,1 triliun (kurs Rp 16.236,05). Sedangkan Proyek Dragon investasinya ‘hanya’ USD 5,9 miliar atau Rp 95,8 triliun.
Seperti diketahui, dari investasi USD 9,8 miliar di Proyek Titan, sebanyak USD 1,2 miliar atau Rp 19,5 triliun sudah terealisasi saat proyek masih dikelola oleh LG Energy Solution Ltd (LGES), sebelum kemudian diambil alih oleh Huayou.
Di satu sisi, ada sedikit kendala pada Proyek Titan, yakni terkait posisi dan porsi Indonesia dalam proyek tersebut masih belum final.
Sebelumnya Bahlil pernah menerangkan bahwa BUMN melalui IBC akan memegang kendali 51 persen di lini hulu proyek tersebut.
Namun, di lini antara dan hilir, porsi Indonesia kembali turun ke angka 30 persen. Pemerintah saat ini sedang melakukan negosiasi peningkatan kepemilikan di lini hilir BUMN pada Proyek Titan melalui partisipasi Danantara.
Bahlil berkata, “Porsi di hilir saat ini baru 30 persen, tetapi arahan presiden adalah agar dinaikkan menjadi di atas 40 persen, bahkan kalau bisa menyamai posisi di hulu.”
(Red)