ABC NEWS – Peran strategis dalam ekosistem industri baterai nasional akan terus semakin diperkuat oleh PT Industri Baterai Indonesia alias Indonesia Battery Corporation (IBC).
Menggandeng mitra globalnya seperti Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), IBC terus menggenjot pembangunan pabrik sel baterai lithium di rtha Industrial Hills (AIH), Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
CBL adalah bagian dari unit usaha Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL), pemain baterai global nomor satu di dunia.
Acara peresmian peletakan batu pertama (groundbreaking) pabrik itu langsung dilakukan oleh Prasiden Prabowo Subianto pada Minggu (29/6) lalu.
Perlu diketahui, pabrik baterai lithium ion tersebut merupakan bagian dari proyek terintegrasi yang dilakukan oleh IBC.
Nantinya pabrik tersebut terdiri atas pembangunan pabrik material aktif baterai, yakni prekursor dan katoda dan fasilitas daur ulang baterai.
Direktur Utama IBC Toto Nugroho di Karawang menjelaskan, di bagian timur Indonesia, tepatnya di Kawasan Industri Buli (KIB), Halmahera Timur, IBC bersama mitra globalnya juga sedang menyiapkan lini produksi material aktif baterai baterai berkualitas tinggi.
Pabrik tersebut dirancang memproses 16 ribu ton nikel sulfat per tahun, sekaligus memproduksi 30 ribu ton prekursor dan 30 ribu ton material aktif katoda.
Kata Toto, “Fasilitas hulu ini diharapkan menutup ketergantungan impor bahan baku katoda—komponen dengan kontribusi paling signifikan dalam sel baterai—sekaligus meningkatkan nilai tambah nikel di dalam negeri.”

Toto menerangkan, dari Maluku Utara, aliran bahan setengah jadi akan bergerak ke barat menuju Karawang.
Perlu diketahui, pabrik di Karawang yang dibangun IBC bersama CBL adalah pabrik sel baterai lithium-ion berkapasitas awal 6,9 GWh (fase 1).
Kelak, pabrik itu akan berkembang dan memiliki kapasitas hingga 15 GWh dalam lima tahun. Lini produksi berteknologi mutakhir itu ditargetkan beroperasi pada 2026.
Pabrik tersebut akan memproduksi sel untuk kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi (battery energy storage system/BESS) baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
Toto mengungkapkan, IBC bersama CBL berkomitmen menjadikan pabrik sel baterai di Karawang sebagai ASEAN Regional Hub untuk memenuhi kebutuhan baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan BESS di kawasan regional.

Toto bilang, “Komitmen ini telah ditegaskan melalui perjanjian perusahaan patungan yang telah disepakati.”
Dia melanjutkan, “Inisiatif ini mencerminkan peran strategis Indonesia dalam mendorong pertumbuhan ekosistem EV di ASEAN.”
“Ini juga menjadi bukti nyata bahwa Indonesia tidak hanya mampu menyediakan bahan baku, tetapi juga memiliki kapasitas untuk mengolahnya menjadi produk bernilai tambah tinggi dalam rantai pasok baterai global,” imbuh Toto.
Ke depan, terang Toto, rantai siklus baterai IBC dan CBL akan ditutup oleh pabrik daur ulang baterai dengan kapasitas 20 ribu ton baterai bekas per tahun untuk menjadi input material baterai kembali.
Toto mengklaim bahwa teknologi yang digunakan nantinya mampu memulihkan lebih dari 95 persen logam berharga, sehingga emisi karbon dapat ditekan dan prinsip ekonomi sirkular terjaga.
Komentar Toto, “Daur ulang adalah kunci keberlanjutan. Baterai yang selesai tugasnya hari ini harus kembali menjadi sumber daya esok hari.”
Di sisi lain, menurut Toto, selain menargetkan efisiensi rantai pasok, IBC menekankan manfaat sosial dan lingkungan.
“Bersama PT Antam Tbk dan CBL, kami menyiapkan program vokasi untuk warga sekitar, membuka ribuan lapangan kerja baru, serta mendorong pertumbuhan UMKM penunjang,” jelas dia.
Penjelasan dia, seluruh proyek akan dijalankan dengan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (Environmental, Social & Governance/ESG), mulai dari pengelolaan tailing di Halmahera, penggunaan energi bersih di Karawang, hingga prosedur keselamatan kerja di fasilitas daur ulang.
“Visi kami jelas, bukan sekadar membangun pabrik, tetapi menciptakan ekosistem hijau terintegrasi yang mampu berdampak ekonomi luas sekaligus menjaga bumi,” ujar Toto.
Toto berharap dengan adanya tiga proyek strategis tersebut, Indonesia dapat tampil sebagai pemain kunci dalam industri baterai dunia, bukan hanya sebagai pemasok bahan mentah, melainkan produsen teknologi bernilai tambah tinggi.
(Red)