ABC NEWS – Pada perdagangan di pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) saham kemarin, Senin (24/2), saat Presiden Prabowo Subianto meluncurkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), para pemodal asing melakukan aksi jual saham hingga mencapai Rp 3,47 triliun.
Aksi jual saham oleh asing tersebut, menurut data Bloomberg, menjadi penjualan terbesar dalam sehari dalam kurun delapan bulan terakhir.
Secara kumulatif, adanya aksi arus penjualan saham oleh investor asing tiada henti tersebut sepanjang tahun ini, membuat transaksi penjualan bersih saham oleh investor nonresiden tersebut telah menyentuh level USD 930,8 juta atau setara Rp 15,2 triliun (kurs Rp 16.334,581) year-to-date.
Sekedar info, penjualan saham oleh pemodal asing di pasar domestik semakin ‘menggila’ selama Februari ini, di mana hingga perdagangan kemarin saja, nilai net sell telah mencapai Rp 11,43 triliun.
Rendahnya minat asing terhadap saham dalam negeri konon lebih disebabkan oleh pengaruh semakin turunnya penilaian para pengelola dana global terhadap pamor saham domestik.
Baru-baru ini bahkan Morgan Stanley menurunkan peringkat bagi saham-saham di bursa Indonesia dari equal weight menjadi underweight.
Ahli Strategi Morgan Stanley Jonathan Garner, dikutip Selasa (25/2), mengungkapkan bahwa indikator ekonomi Indonesia terkini menunjukkan kurangnya momentum pertumbuhan.
Kondisi ini, jelas Garner, disebabkan alasan utamanya karena siklus belanja modal di Indonesia yang ‘jauh lebih lemah’.
Kata Garner, “Investasi terhadap PDB bergerak sideways sepanjang 2025, berkisar 29 persen PDB dibandingkan rata-rata 32 persen pada periode sebelum pandemi Covid-19.”
Dia juga bilang, “Hal itu kemungkinan berarti berkurangnya penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan pendapatan.”
Bahkan Morgan Stanley memperingatkan agar investor tetap berhati-hati terhadap prospek pembalikan jangka pendek, dan secara umum lebih memilih eksposur di pasar lain di Asean.
(Red)