ABC NEWS – Adik Presiden Prabowo Subianto yang juga menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, mengungkapkan bahwa pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) adalah gagasan dari sang ayah, Soemitro Djojohadikoesoemo.
Hal itu diungkapkan Hashim di Jakarta, Rabu (26/2). Menurut dia, gagasan Danantara telah digodok 40 tahun lalu oleh ayahnya, Soemitro Djojohadikoesoemo, yang juga seorang ekonom terkemuka di republik ini.
Kata Hashim, “Danantara ini sebetulnya bagi Pak Prabowo sangat emosional. Kejadian emosional bagi beliau, bagi saya juga.”
Hashim bilang, “Karena sesungguhnya Danantara ini adalah gagasan dari orang tua kami.”
Berdasarkan cerita Hashim, Soemitro yang pernah menjabat sebagai menteri Keuangan pada era Kabinet Wilopo (1952-1953) dan Kabinet Burhanuddin Harahap (1955-1956), melihat perlunya sebuah lembaga yang mampu mengelola aset negara secara profesional guna mendukung pembangunan ekonomi.
Komentar Hashim, “Sayangnya waktu itu pemerintah yang berkuasa belum begitu berkenan dengan gagasan orang tua kami.”
Hashim lalu berkata, “Mungkin Tuhan tahu yang terbaik, 40 tahun kemudian anaknya (Prabowo), putranya Prof Soemitro diberikan mandat oleh rakyat Indonesia dan diberikan kesempatan untuk mewujudkan cita-cita impian dari orang tuanya.”

Keterangan Hashim, peluncuran Danantara bukan sekadar perwujudan visi ekonomi ayahnya tetapi juga merupakan bagian dari perjalanan sejarah yang kini mendapat restu untuk dijalankan.
Ia lalu berharap sebagai badan yang mengelola investasi nasional, Danantara mampu menjadi salah satu solusi dalam mengentaskan kemiskinan dan mendorong pembangunan berkelanjutan.
Mengulas sejarah, semasa hidupnya Sumitro konon bercita-cita ingin membentuk sebuah badan seperti investment trust sekaligus penjamin investasi (guarantee fund).
Soemitro lahir pada 29 Mei 1917 dan wafat pada 9 Maret 2001. Ia adalah seorang ekonom dan politikus Indonesia.
Sebagai salah satu ekonom Indonesia paling terkemuka selama masanya, Soemitro pernah menjabat sebagai menteri Perdagangan dan Industri, menteri Keuangan, dan menteri Riset, baik selama era Orde Lama maupun Orde Baru.
Dia juga pernah menjadi Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sejak 1951 hingga 1957.
Pada era 1980-an, Soemitro pernah punya ide untuk membuat sebuah badan atau lembaga yang bisa mengelola satu hingga lima persen dari keuntungan BUMN.
Ia pun juga berkeinginan agar lembaga atau badan tersebut bisa ikut membeli saham-saham perusahaan swasta yang menguntungkan.
Menurut Soemitro, bahkan ide itu ia sudah sampaikan kepada Menteri Keuangan (1988-1993) JB Sumarlin.
Ironi, Sumarlin menolak ide dari Soemitro tersebut, dan menjawab bahwa saat ini Indonesia belum perlu badan atau lembaga semacam pengelola keuntungan BUMN.
Kisah tersebut diceritakan Soemitro saat berpidato dalam rapat anggota Induk Koperasi Pegawai Republik Indonesia pada 16 Desember 1996.
Konon, klaim Soemitro, dirinya lalu meneruskan ide tersebut kepada pemerintah Malaysia. Negeri Jiran tersebut lantas mengeksekusi ide Soemitro tersebut.
Maka, Malaysia punya Khazanah Nasional Berhad yang berdiri pada 1993 oleh Mahathir Mohamad dengan tokoh kuncinya Ismail Sabri Yaakob dan Amirul Feisal Wan Zahir.
(Red)