ABC NEWS – Pembangunan proyek tambang bawah tanah (underground mine) Kucing Liar di kawasan Grasberg, Papua milik PT Freeport Indonesia (PTFI) ditaksir membutuhkan belanja modal (capital expenditure/capex) USD 500 juta atau setara Rp 8,2 triliun (kurrs Rp 16.407,5) per tahun.
Hal itu dikatakan Presiden Direktur PTFI Tony Wenas saat rapat dengan DPR di Jakarta, dikutip kembali Jumat (14/3).
Kata dia, “Pembangunan Kucing Liar itu kira-kira kami akan butuhkan capex atau menghabiskan capex sekitar USD 500 juta per tahun untuk tujuh hingga delapan tahun ke depan.”
Jika diakumulasi, maka PTFI selama delapan tahun akan menggelontorkan capex di tambang Kucing Liar hingga USD 4 miliar atau setara Rp 65,63 triliun.
Penjelasan Tony, Kucing Liar akan menjadi tambang keempat yang dioperasikan di kawasan Grasberg setelah Grasberg Block Cave, Deep Mill Level Zone (DMLZ), dan Big Gossan.
Menurut Tony, produksi dari tambang Kucing Liar nantinya akan menggantikan produksi dari DMLZ yang mengalami penurunan.
Manajemen PTFI bergharap Kucing Liar bisa mulai berproduksi pada 2027 dengan potensi menghasilkan tujuh miliar pon tembaga dan enam juta ons emas per tahun hingga 2041, atau saat habisnya masa berlaku izin usaha pertambangan khusus (IUPK) bagi PTFI.
Komentar Tony, “Kucing Liar akan menggantikan DMLZ sehingga produksi bijih kami akan tetap stabil. Diharapkan 240 ribu ton bijih per hari.”
Saat ini PTFI mengandalkan tiga tambang yang dimilikinya, yaitu Grasberg Block Cave yang menghasilkan sekitar 140 ribu ton bijih sehari, DMLZ sekitar 70 ribu ton bijih sehari, dan Big Gossan 7.000 ton bijih per hari dengan kadar tembaga yang lebih tinggi.
(Red)