ABC NEWS – Ramadan memiliki arti bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena 17 Agustus 1945 jatuh dalam bulan suci Ramadan.
Kala itu, saat Ramadan pula Bung Karno dan Bung Hatta membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang disiarkan keseluruh dunia.
Kemerdekaan Indonesia bukan semata mata sebuah peristiwa sejarah, tetapi mengandung nilai religius, karena kehendak Allah SWT terjadi saat bulan suci ramadhan.
Bangsa Indonesia harus menjadikan Ramadan dan Idulfitri sebagai prasasti kemenangan terhadap penindasan manusia oleh manusia.
Ramadan dan Idulfitri pun merupakan kemenangan untuk menjadi manusia merdeka, kemenangan melawan hawa nafsu duniawi yang merusak moral dan nilai-nilai agama serta kemenangan untuk berbagi kebaikan terhadap sesama rakyat Indonesia dan agama.
Memasuki 80 tahun kemerdekaan Indonesia, prestasi kemenangan Idulfitri semakin surut. Kita harus menyadari bahwa Idulfitri semakin melemah menghadapi keserakahan pejabat negara.
Idulfitri tidak mampu memadamkan api jahiliah para penegak hukum, Idulfitri tidak berdaya menghadapi kejahatan sistemik penyelenggara negara di eksekutif dan legislatif.
Bahkan Idulfitri tidak mampu memadamkan amarah di antara para petinggi negeri yang terus berkonflik, untuk kepentingan kelompoknya.
Idulfitri di era reformasi nampakanya hanya dirasakan di lingkungan rakyat miskin. Mereka terbukti semakin sabar menghadapi kehidupan yang semakin sulit, karena mereka yakin di balik kesulitan akan datang kemenangan di dunia maupun di akhirat.
Pada Idulfitri 1446 H kali ini, marilah kita jadikan sebagai momentum kemenangan melawan segala bentuk kejahatan terhadap negara dan agama.
Kita tidak ingin menjadi sebagai bangsa yang dianggap mengintrodusir nilai-nilai jahiliyah di era modern. Kita tidak ingin menjadi bangsa yang menghianati nilai Idulfitri.
Ingat bahwa sesungguhnya kekuasaan, jabatan, pangkat dan kekayaan yang kita miliki, sama sekali tidak akan mampu mendinginkan api neraka.
Sekali lagi jangan pernah lupa bahwa balasan Allah SWT itu pasti. Semoga kita adalah umat Allah SWT yang dipertemukan di surga-Nya.
Oleh: Sri Radjasa Chandra
Pemerhati Intelijen