ABC NEWS – Inpex Corporation diminta untuk mempercepat keputusan investasi akhir (final investment decision/FID) proyek Lapangan Abadi atau Blok Masela pada pertengahan 2026.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala SKK Migas Djoko Siswanto usai seremoni acara Launching Initiation of Onshore Liquefied Natural Gas (OLNG) Feed Blok Masela, Rabu (9/4).
Djoko bilang, “Harus tahun depan, ini kan kita percepat.”
Perlu diketahui, target yang ditetapkan itu lebih cepat dari rencana FID yang semula direncanakan Inpex pada 2027.
Penjelasan Djoko, target yang diminta pemerintah itu relatif bisa dikejar Inpex Masela Ltd, selalu operator blok tersebut, dengan adanya desain rekayasa (front end engineering design/FEED) saat ini.
Menurut Djoko, sejumlah alasan menjadi dasar adanya percepatan tersebut. Misalnya pekerjaan untuk OLNG, subsea umblical riser and flowline (SURF) hingga gas export pipelines telah berjalan minimal 40 persen dari target awal tahun ini.
Kata Djoko, “Tadi kan sudah sekian persen, OLNG 40 persen, SURF 80 persen, gas export pipelines 80 persen tahun ini, jadi kita percepat.”
Bahkan, imbuh Djoko, SKK Migas ikut mengejar kepastian komersialisasi gas Blok Masela dari sejumlah pembeli domestik.
Sejumlah pembeli domestik potensial tersebut antara lain, PT Pupuk Indonesia (Persero), PT PGN Tbk, dan PT PLN (Persero).
Keterangan Djoko, rencanannya perjanjian awal jual beli gas (head of agreement/HoA) akan diteken saat acara Indonesian Petroleum Association bulan depan.
Namun Djoko belum bisa memastikan jumlah kargo yang bakal berakhir sampai perjanjian jual beli gas (PJBG) nanti.
Dia hanya berkata, “Nanti kita lihat, lagi negosiasi jumlah totalnya, produksi totalnya kan 1.200 MMscfd, paling tidak lebih kurang 200 MMscfd sudah bisa untuk domestik sementara ini.”
Rencana Inpex
Perlu diketahui, sebenarnya pernyataan Djoko Siswanto tersebut berbeda dengan keinginan manajemen Inpex.
Pada awal Februari 2025, dalam sebuah konferensi pers di Tokyo, Jepang, pihak Inpex justru mengumumkan FID untuk Blok Masela ditargetkan tuntas pada 2027 dengan rencana produksi tetap dimulai pada awal 2030.
Presiden/CEO Inpex Co Takayuki Ueda menyebut bahwa target tersebut sebagai bagian dari rencana bisnis perusahaan untuk tiga tahun mendatang.
Inpex, sebut Takayuki, berencana menanamkan sejumlah dana hingg USD 11,7 miliar atau setara Rp 197,63 triliun (kurs Rp 16.891,5) di sejumlah wilayah, termasuk proyek andalannya Ichthys LNG di Australia.
Menurut dia, pihaknya melihat potensi besar dalam pengembangan bisnis LNG yang dapat mendukung transisi energi.
Dikutip Reuters, Takayuki jelaskan, “Gas alam dan LNG memiliki intensitas emisi gas rumah kaca yang relatif rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya dan akan memainkan peran yang makin penting sebagai bahan bakar praktis dalam transisi energi.”
Dia menambahkan, sebagai pemegang hak partisipasi (participating interest/PI) terbesar di proyek Lapangan Abadi, Inpex berencana untuk memulai FEED awal tahun ini.
Sekedar informasi, saat ini Inpex Masela Limited memiliki porsi 65 persen hak partisipasi di Blok Masela.
Awalnya, sisa PI Blok Masela dimiliki Shell Upstream Overseas Services Ltd sebesar 35 persen.
Namun, per Juli 2023, sebanyak 35 persen hak partisipasi Shell dilego ke PT Pertamina Hulu Energi Masela dan Petrolian Nasional (Petronas) Masela Berhad dengan pembagian porsi masing-masing sebesar 20 persen dan 15 persen.
Konon Lapangan Abadi diestimasikan memiliki puncak produksi sebesar 9,5 juta ton LNG per tahun (MTPA) dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35 ribu barel kondensat per hari (BCPD).
(Red)