ABC NEWS – Ekspor gas pipa dari Sumatera ke Singapura mulai Juni tahun ini akan dialihkan untuk prioritas kebutuhan gas domestik.
Hal itu itu diungkapkan Kepala SKK Migas Djoko Siswanto di Jakarta, Rabu (9/4). Menurut dia, pihaknya sedang berunding dengan pembeli gas pipa dari Singapura tersebut untuk menjajaki kemungkinan pengurangan kuota pengiriman gas dari lapangan-lapangan di Sumatera.
Sebagai gantinya, jelas Djoko, kontrak gas eksisting dengan pembeli Singapura akan dipenuhi melalui peralihan (swap) dari sejumlah lapangan gas yang belum terserap secara optimal di Wilayah Natuna, Kepulauan Riau.
Djoko bilang, “Dari Sumatera kita kurangi yang ke Singapura untuk kebutuhan dalam negeri. Pemenuhan Singapura kita maksimalkan dari Natuna.”
Perlu diketahui, mekanisme swap tersebut dilakukan untuk menambal defisit gas imbas menyusul berkurangnta produksi lapangan di wilayah Sumatera Selatan.
Kondisi itu juga terkait belum tuntasnya pembangunan infrastruktur jaringan pipa Natuna ke Batam, di mana akhirnya sepenuhnya mengalihkan produksi gas dari Natuna ke dalam negeri.
Kata Djoko, “Swap gas itu mulai dilakukan pada Juni tahun ini. Targetnya, pengurangan ekspor gas pipa dari Sumatera sekitar 30 juta kaki kubik per hari (MMscfd) atau tiga kargo.“
Di satu sisi, data Kementerian ESDM mencatat, sebanyak 67 persen pemanfaatan gas bumi Indonesia sudah difokuskan untuk kebutuhan pasar domestik, dan hanya 33 persen saja yang diekspor.
Realisasi ekspor gas bumi sepanjang tahun lalu tercatat 1.905 billion british thermal unit per day (BBtud), sedangkan untuk serapan domestik mencapai 3.881 Bbtud, dengan total gas bumi yang termanfaatkan mencapai 5.786 BBtud.
Perlu diketahui, sebanyak 1.357 bbtud gas yang diekspor Indonesia pada tahun lalu adalah gas alam cair (liquefied natural gas/LNG).
Kebutuhan gas nasional pada periode 2025—2030 diperkirakan mencapai 1.471 BBtud. Permintaan gas juga diprediksi mengalami kenaikan di setiap regional dengan kebutuhan gas nasional ditaksir sebanyak 2.659 BBtud pada 2034.
(Red)