ABC NEWS – PT Alamtri Resources Indonesia Tbk, dahulu bernama PT Adaro Energy Indonesia Tbk, hingga 31 Desember 2024 secara konsolidasi memiliki utang yang wajib dibayar alias liabilitas hingga USD 1,33 miliar atau setara Rp 22,45 triliun (kurs Rp 16.859,75).
Emiten yang didirikan Garibaldi ‘Boy’ Thohir dan Edwin Soeryadjaya ini ternyata utangnya turun jauh sekitar 57 persen dibandingkan periode serupa pada 2023 yang tercatat USD 3,1 miliar atau Rp 51,66 triliun.
Utang jangka pendek turun 70 persen yoy menjadi USD 647 juta, terutama karena jatuh temponya senior notes, yang bernilai USD 697 juta, serta penurunan utang usaha, utang dividen, dan beban yang masih harus dibayar masing-masing sebesar 54 persen, 53 persen, dan 41 persen menjadi USD 158 juta, USD 200 juta, dan USD 152 juta.
Sedangkan utang jangka panjang turun 26 persen yoy menjadi USD 684 juta terutama karena penurunan provisi biaya dekomisioning, dan rehabilitasi, reklamasi, dan penutupan tambang. Utang berbunga turun 61 persen yoy menjadi USD 548 juta.
Alamtri kini memiliki enam orang direksi, yaitu Garibaldi Thohir (presiden direktur), Christian Ariano Rachmat (wakil presiden direktur), dan Michael William P Soeryadjaya (direktur).
Kemudian, Mohammad Syah Indra Aman (direktur), Julius Aslan (direktur), dan Iwan Dewono Budiyuwono (direktur).
Sedangkan komposisi komisaris terdiri atas, Edwin Soeryadjaya (presiden komisaris), Theodore Permadi Rachmat (wakil presiden komisaris), dan Arini Saraswaty Subianto (komisaris).
Lalu, Mohammad Effendi (komisaris independen) dan Budi Bowoleksono (komisaris independen).
Di satu sisi, total aset Alamtri hingga akhir tahun lalu mencapai USD 6,7 miliar, terdiri atas aset tidak lancar USD 4,1 miliar dan aset lancar USD 2,61 miliar
Seiring pertumbuhan bisnis, Alamtri mempertahankan komitmennya terhadap investasi strategis pada smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya, serta pada proyek-proyek infrastruktur penting dan alat berat.
Perusahaan terus mengalokasikan belanja modal yang signifikan untuk proyek-proyek ini. Aset tetap meliputi 23 persen total aset
Posisi total ekuitas pada akhir FY24 tercatat sebesar USD 5.371 juta, atau mencerminkan penurunan 28 persen yoy karena penurunan saldo laba setelah pembagian dividen tunai final
tambahan pada bulan Desember 2024.
Berikutnya, Alamtri mencatat kenaikan 26 persen pada penjualan batu bara metalurgi menjadi 5,62 juta ton. Namun, seiring penurunan harga batu bara metalurgi, harga jual rata-rata turun 16 persen.
Pada FY24, Alamtri menghasilkan pendapatan sebesar USD 2.079 juta dari operasi yang berlanjut, dengan laba inti sebesar USD 648 juta, dan EBITDA operasional sebesar USD 982 juta. Hal ini menghasilkan margin EBITDA operasional sebesar 47 persen.
Selaras dengan rencana investasi, belanja modal naik 36 persen menjadi USD 514 juta. Pengeluaran belanja modal terutama digunakan untuk investasi pada alat berat, infrastruktur, dan smelter aluminium.
Kemudian, Alamtri sukses menjual hampir seluruh saham yang dimilikinya atas PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (kepada pemegang sahamnya melalui mekanisme penawaran umum pemegang saham (PUPS) pada Desember 2024.
Alamtri saat ini berfokus pada pengembangan bisnis batu bara metalurgi dan pengolahan mineral, serta bisnis energi terbarukan.
(Red)